Wednesday, July 24, 2013

Bienvenidos a Madrid - Selamat Datang di Madrid


http://www.globalairporttravel.com/images/2012/10/madrid-airport2.jpg



Our first days in Madrid...
 
Setelah perjalanan yang cukup panjang, yaitu 7 jam Jakarta-Dubai dan 7 jam Jakarta-Madrid ditambah transit selama 2 jam di Dubai, akhirnya kami sekeluarga tiba di Madrid pukul 12.59 waktu setempat atau kira-kira 17.59 WIB. Pada saat landing, pemandangan terlihat agak gersang walaupun di beberapa bagian tampak perkebunan buah zaitun. Pada saat turun pesawat, cuaca sedang terik-teriknya. Hawa dingin dari AC di dalam airport nyaris tak terasa. Saat itu temperatur sekitar 37C, cukup jauh dibanding perkiraan yaitu 42C.  Tapi rasa excited dengan sampainya kami di kota Madrid yang kebetulan kota kelahiran dan masa kecil suamiku ini membuat rasa panas nyaris tak terasa.
 
Airport Barajas tampak sangat bersih dan nyaman. Untuk menuju pengambilan koper, kami harus naik kereta bawah tanah yang sangat nyaman dan bersih. Anak-anak yang dalam keadaan lelah dan mengantuk tetap ceria karena mendapatkan pengalaman baru.  Setelah semua koper kami dapatkan, kami langsung menuju ke luar untuk langsung diantar oleh salah satu home staff dan salah satu local staff dari KBRI ke hotel tempat kami akan tinggal untuk sementara sampai memperoleh apartemen. Tapi sebelum meninggalkan airport, kami ke toilet terlebih dahulu. Begitu masuk ke toilet, aroma wangi segar langsung tercium di hidung. Kalau soal bersih tidak usah ditanya lagi. Pada saat membuang tissue bekas pakai pun, pada saat tutup tempat sampah terbuka langsung tercium aroma cinnamon. Hmmm bikin betah sekali toiletnya walaupun secara fisik terlihat design zaman dulu dengan dinding serba dari marmer. Andai toilet di Bandara Soekarno Hatta bisa seperti ini dan pemakainyapun bisa menjaga kenyamanan sesama tentu akan lebih indah jadinya.








Sesampainya di hotel, kami langsung sedikit berberes-beres karena masih lelah dan jetlag. Karena kami berlima termasuk 1 ART, maka kami memperoleh 3 kamar. 2 Kamar dengan 2 single bed yang berada di satu lantai dan 1 kamar dengan double bed. Tapi karena anak-anak masih belum mau tidur terpisah dengan kami akhirnya pada hari ke 2 kami minta tukar kamar yang bersebrangan sehingga lebih nyaman untuk anak-anak. Masing-masing kamar terdapat mini kitchen dengan 2 tungku kompor listrik lengkap dengan cooker hoodnya.












 
 



KBRIpun sudah menyiapkan kebutuhan kami sehari-hari selama di hotel seperti roti, selai, mi instant, susu, teh, gula dan lain-lain. Selain bahan makanan, KBRI juga meminjamkan alat-alat masak, alat-alat makan sehari-hari sampai setrika. Ibu-ibu Dharma Wanitapun bergiliran selama 2 minggu mengirimkan makanan untuk kami sehari-hari. Hal ini memang selalu dilakukan oleh perwakilan apabila ada staf baru yang datang. Sehingga kami yang masih buta dengan segalanya di Madrid tidak repot untuk mencari kebutuhan sehari-hari.





 
 
 






Belum lama tiba di hotel, ibu-ibu Dharma Wanita datang untuk menyambut kedatangan kami. Senang sekali walaupun baru ketemu saat itu tapi aku merasa sudah nyaman berada di dekat mereka. Mudah-mudahan ke depannya kami bisa memiliki hubungan yang baik. Surprise-nya, ibu-ibu ini menyiapkan kado selamat datang untukku yaitu 1 set piring lengkap yang memang sangat kami perlukan terutama selama tinggal di hotel.
 
Awalnya aku dan suamiku berniat untuk keluar sebentar pada malam harinya sambil mencari sesuatu yang kami perlukan. Tapi ternyata mataku tak kuasa menahan kantuk karena kurang tidur selama di pesawat. Akhirnya suamiku pergi keluar sendiri sebentar dengan membawa sekantong belanjaan yang berisi kuaci favoritnya dan kuaci kupas buatku yang sebenarnya suka sekali dengan  kuaci tapi males makannya karena ribet harus ngupas alias males :)
 

 

 

 
 


Di atas ini adalah kurang lebih menu sarapan kami tiap hari. Tortilla (telur dadar yang berisi kentang slices), toast yang aku siram dengan olive oil dan ditabur garam dan merica). Cukup enak dan mengenyangkan walaupun cuma bisa bengong ngiler ngeliatin berbagai daging asap dan sosis yang sudah pasti mengandung babi :(



 
 


 
 
 
 
 
Esok siangnya setelah sarapan (kebetulan aku sedang berhalangan dan suami belum berpuasa karena masih musafir dan penyesuaian diri dan waktu), suamiku mengajak jalan-jalan ke daerah tempat dia tinggal semasa kecilnya dengan menggunakan metro (kereta bawah tanah).

Di sepanjang jalan menuju stasiun metro aku sempatkan untuk mengabadikan lingkungan di sekitar hotel. Jarak dari hotel menuju stasiun metro ini kurang lebih mungkin sekitar 400m. Jalan raya tampak sangat lengang. Mobil hanya tampak sesekali melewati jalan raya. Pejalan kaki cukup banyak kami temui.














 
 
 
Pada hari pertama sebagai pejalan kaki di sini, dalam hitungan menit kami sudah dapat melihat betapa pengendara sangat menghargai pejalan kaki begitu juga sebaliknya. Setiap pejalan kaki selalu menyebrang di tempatnya danpada waktunya yaitu pada saat lampu pejalan kaki berwarna hijau. Walaupun jalan dalam keadaan kosongpun penyebrang jalan tetap menunggu tanda pejalan kaki berubah menjadi hijau. Kalaupun di jalan kecil yang tidak memiliki traffic light, apabila ada pejalan kaki yang sedang menyebrang bersamaan kemudian datang mobil, dengan penuh kesabaran mereka menunggu sampai si pejalan kaki tiba di seberang jalan.
 
Tampak di foto seorang manula yang sedang menyebrang dengan istrinya dibantu oleh seorang laki-laki adalah pemandangan yang cukup langka kita temui di Indonesia. Sang supir bis amat sangat sabar menanti sampai mereka sampai di seberang jalan.
 



 
 
 
 







Hanya sebentar perjalanan kami menuju Simancas, daerah tempat tinggal suamiku semasa kecil. Begitu keluar stasiun Metro, tampak jelas emosi yang bergejolak di dalam hati suamiku. Tidak banyak perubahan yang berarti menurutnya. Hanya saja jalan raya dulu lebih besar karena sekarang sebagian sudah dijadikan tempat mobil parkir di pinggir jalan.















Suamiku sempat bertanya-tanya di toko buku yang berada persis di depan apartemennya dulu siapa tahu mereka mengenal tetangga ataupun teman-temannya semasa kecil. Toko daging tempat mamanya belanja sehari-hari dahulu masih seperti saat dia masih kecil dulu. Sempat mampir juga ke toko churros (sejenis makanan kecil yang berbentuk seperti cakwe dengan taburan gula, ada yang polos ada juga yang mempunyai filling). Pernah mertuaku bercerita bahwa semasa kecil suamiku nyaris hilang nyawanya di depan toko tersebut. Suamiku menyebrang jalan tanpa melihat kanan dan kiri sementara mobil box sedang melaju kencang. Refleks pada saat itu suamiku langsung tengkurap dan mobilpun berhenti mendadak. Alhamdulillah pada saat itu suamiku selamat tidak kurang suatu apapun.
 
 



 
 
 
 
 
 
 
 
Dari apartemen dan toko churros, kami berjalan menuju ke sekolah suamiku sampai umur 13 tahun di mana suamiku sempat menjadi kapten futsal yang sampai sekarang kegilaannya terhadap olah raga sepak bola tidak akan ada yang bisa merubahnya.
 
 
 
 
 
 
 
 
Dari sekolah tersebut, kami santai sejenak di taman sambil istirahat dan anak-anak bermain. Ini yang tidak bisa ditemukan di Indonesia. Seperti saat kami tinggal di Lima, Peru tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Di mana-mana mudah kita temukan taman yang hijau, bersih dan terawat. Anak-anak lebih banyak bermain di taman dibandingkan asyik bermain dengan gadget yang selalu kita lihat di Indonesia. Padahal dengan bermain di taman seperti ini tentunya melatih perkembangan motorik kasar anak-anak dan tentunya lebih sehat. Perkembangan hubungan sosial dan kepercayaan diri anak-anakpun menjadi lebih baik karena seringnya berinteraksi dengan sesama.
 
 
 
 
 
 
 
 
Setelah puas bermain, kami memutuskan untuk mengunjungi stadion Santiago Bernabeu yang merupakan stadion Real Madrid yang biasanya digunakan khusus untuk pertandingan Liga Spanyol, Copa del Rey (Piala Raja) dan Champions League (Liga champions). Untuk ceritanya nanti aku lanjutkan lagi diposting berikutnya supaya lebih fokus dan detail mengenai Estadio Santiago Bernabeu ini.
 



Monday, July 8, 2013

Strawberry Cheese Cake for Edit

 
 


 
Strawberry cheese cake ini aku buat khusus sebagai tanda terima kasih untuk salah satu teman SMA yang selalu bantuin pengurusan perpanjangan STNK, bikin SIM sampe SIMku yang ditahan sama polisi gara-gara ketangkep pas mau keluar tol di Pasar Minggu. Mudah-mudahan karirmu makin maju ya Dit....




Ceviche

 
 
 
 
 
Ceviche ini adalah makanan khas dari Amerika Latin yang terbuat dari ikan mentah. Enaknya sih dibuat dari ikan yang dagingnya berwarna putih seperti seabass(bahasa Indonesianya apa ya), ikan sebelah dan ikan kerapu. Cuma karena di Indonesia ikan tersebut tidak lazim dimakan mentah, tentunya susah untuk diperoleh yang segar. Jangankan kedua ikan tersebut, ikan salmon dan tuna yang sudah jelas bisa dimakan mentah aja kita masih takut untuk mengkonsumsi dalam keadaan mentah kecuali kalo kita beli di supermarket yang biasa didatangi oleh orang asing yang pastinya harganya jauh lebih mahal. 
 
 
Akhirnya aku coba buat dengan ikan tuna. Walaupun rasa dan teksturnya kurang pas, tapi lumayan untuk melepas kangen akan ceviche ini. Rasa ceviche ini asam, asin dan pedas. Pokonya seger banget deh. Makanya biasanya dijadikan sebagai appetizer. Tapi tidak jarang juga disajikan sebagai main course dengan didampingi ubi rebus dan jagung rebus. Kelihatannya ringan, tapi cukup mengenyangkan.
 
 


 
 
Di sini aku coba buat dengan resep dari Gaston Acurio, salah satu chef terkenal di Peru yang sudah memiliki banyak restoran. Tentunya dengan bahan yang disesuaikan. Untuk jeruk nipis, di Peru ini bagus sekali dibanding jeruk nipis di Indonesia. Airnya jauh lebih banyak dan wangi. Harganyapun murah.
 
Berikut resep Gaston Acurio yang sudah aku terjemahkan.
 
Bahan:
 
1kg ikan sea bass (atau ikan daging putih, tanpa serat dan segar)-> aku kemaren pake tuna karena ga ada pilihan lain
3 bawang merah yang sebesar bawang bombay (karena di sini jarang dan mahal jadi aku pakai 12 siung bawang merah, beberapa kali lihat ada di superindo)
8-10 jeruk nipis, peras (karena heruk nipis di sini tidak sebagus di Peru, diperlukan 2 kali lipatnya
5 cabai merah yang dicincang halus (boleh cabai apa aja, dicampur rawit merah supaya pedas)
Merica secukupnya
Garam 2sdt
1 1/2 daun ketumbar yang dicincang halus
3-5siung bawang putih yang dihaluskan
3lembar daun selada
3 ubi merah
2 buah jagung masing-masing potong jadi 4 bagian
1 cabe merah cincang halus untuk hiasan
 
Cara membuat:
 
1. Rebus jagung dengan beberapa butir adas manis.
2. Rebus ubi, kupas dan potong jadi 8.
3. Cuci ikan dengan air dan garam. Potong dadu 1-2cm.
4. Iris tipis bawang merah, taburkan garam secukupnya.
5. Letakkan ikan di wadah dan campur dengan bawang putih dan garam.
6. Tambahkan cabai yang sudah dicincang, air jeruk nipis yang baru diperas, merica dan daun ketumbar.
7. Diamkan selama 10menit.
8. Cicip air dari campuran tadi, untuk  mengukur pedas dan keseimbangan rasa.
9. Sajikan di atas piring berikut airnya (karena ini yang paling enak), letakkan irisan bawang merah di atasnya.
10. Letakkan ubi, jagung dan daun selada.
11. Siap santap.
 
(untuk 8porsi)
 
Untuk sebagian orang mungkin akan terlihat aneh dan tidak berani mencicipi. Tapi rasanya semua orang Indonesia yang datang ke Peru selama aku di sana sih semua suka banget sama ceviche ini. Kecuali mertuaku hahaha karena memang tidak suka asam walau hanya sedikit. Sooo, tunggu apalagi. Kalo bisa dapetin ikan sea bass, ikan sebelah atau kerapu yang segar sih better pake itu. Karena akan jauh lebih enak dibanding dengan ikan tuna. Selamat mencoba!!!

Bubur Sumsum

 
 
 
 
 
Kurang lebih seminggu setelah kakaknya keluar rumah sakit karena typhus, gantian adiknya yang masuk rumah sakit karena panas tinggi yang ga turun-turun. Kasian 2 ponakanku ini, Yazid dan Arkan. Karena makannya jadi susah, aku coba buatkan bubur sumsum sekalian untuk ayah bundanya yang jaga di rumah sakit. Siapa tau jadi mau makan.
 
 

 
 
 
Untuk bubur sumsum aku selalu bikin dengan resep dari buku terbitan Gramedia pemberian mamaku zaman dulu banget "25 Cita Rasa Bubur dan Kolak Nusantara". Resepnya sebagai berikut:
 
Bahan:
 
125 gr tepung beras
1000cc santan cair (aku pakai 6 santan instant kemasan 65ml yang dicampur dengan air)
1/2 sdt garam (sesuai selera masing-masing aja)
3lbr daun pandan
 
Untuk air gula:
250gr gula jawa
250cc air
Yang sudah-sudah sih takaran ini terlalu banyak untukku...paling-paling cuma habis 2/3nya
 
Cara membuat:
 
1. Campur tepung dan santan,aduk hingga tepung larut.
2. Masak larutan tepung dengan api sedang, beri garam dan daun pandan sambil diaduk hingga bubur matang. Angkat, sisihkan.
3. Air gula: rebur air dan gula hingga gula larut dan mendidih. Angkat, biarkan dingin, lalu saring.
4. Hidangkan bubur dalam mangkuk, siram dengan gula.
 



 
Yuuuk mumpung besok sudah masuk bulan puasa, coba deh dibikin. Enak banget bubur sumsum ini, manis guriiih karena banyak santannya.

Green Tea Rolls

 
 





 
Green tea rolls ini sebenernya hanya modifikasi dari resep cinnamon rolls yang biasa aku bikin. Kebetulan adik minta bikinin karena waktu pesen cinnamon rolls untuk acara pengajian keluarga, dia berhalangan hadir. Karena kepengen bangetnya kaya orang ngidam, udah minta berkali-kali ya udah aku buatin aja. Naaah, sekalian bikin cinnamon rolls buat adikku, ya udah setengah resep dibikin dengan green tea flavour. Sebenernya ini sudah kali ke 2 bikin green tea rolls. Hanya saja waktu itu ga sempet difoto.






Untuk resepnya bisa liat di sini yaaaa....Yang aku lakukan hanya mengganti bahan isi yaitu gula palem menjadi gula pasir yang dihaluskan dan bubuk kayu manis menjadi bubuk green tea dengan takaran sama. Sepertinya lebih enak kalo menggunakan gula halus, cuma waktu itu lagi ga ada persediaan di rumah :) Kalo untuk green teanya sih lebih baik dicoba dulu sedikit-sedikit sesuai selera. Waktu bikin ini, takaran green teanya sama persis seperti cinnamon rolls. Waktu mencicipi, ko sedikit terasa pahit. Tapi ternyata pada saat matang, rasa pahit itu hilang dan sepertinya malah perlu ditambah lagi. Testimoni suami yang seleranya terlalu tinggi sih enak. Kritikus makanan banget deh pokonya. Chef Juga lewat deh hehehe Bagi yang suka ngopi, green tea rolls ini bisa dijadikan alternatif untuk temen ngopi di sore hari atau bahkan sarapan
 









Kalo yang di atas ini sih cinnamon rollsnya, jatah preman untuk adikku semata wayang yang doyan banget sama cinnamon rolls. Katanya mumpung kakaknya belum pergi, soalnya begitu baca resep langsung lemes mendadak hahaha