Friday, August 30, 2013

Asparagus Ala Oriental







Bagi yang pernah atau sedang tinggal di luar negeri, di mana sulit untuk memperoleh sayuran Asia pasti pernah mengalami kebingungan kira-kira mau masak apa untuk keluarga tercinta sehari-hari. Apalagi sayuran di negara Barat biasanya mentok-mentok kebanyakan untuk dibuat salad. Seperti asparagus ini, paling-paling hanya dibuat sup yang orang awam tahu pada umumnya termasuk aku. Ternyata dengan asparagus bisa juga enak jika diolah dengan saus tiram. Dalam keterbatasan kadang memaksa orang untuk menjadi lebih kreatif dan akhirnya menghasilkan sesuatu yang positif.






Dalam keadaan bosan dan bingung mau masak apa, iseng-iseng beberapa tahun yang lalu sewaktu tinggal di Lima, Peru coba memasak asparagus dengan saus tiram ini. Alhamdulillaah ternyata keluarga suka. Selama di Indonesia kemarin malah tidak pernah sama sekali bikin menu ini. Beberapa hari yang lalu kebetulan di kulkas hanya ada sisa asparagus, akhirnya masak asparagus ala oriental ini lagi. Hanya saja kali ini aku tambahkan jamur champignon dan tahu goreng. Hmmm yummy, anakku yang kecil Mikailpun suka dengan asparagus ini.






Untuk yang ingin mencoba, ini bener-bener super duper gampang deh. Ibaratnya ngaduk sambil merem juga jadi :D Kira-kira begini...

Bahan:
2 ikat asparagus
200gr jamur champignon
3 buah tahu, potong kotak-kotak, goreng
2sdm saus tiram
kecap ikan secukupnya
kecap asin secukupnya
Bawang putih 4 siung, iris tipis
Minyak

Cara membuat:
1. Panaskan minyak, tumis bawang putih sampai wangi.
2. Masukkan saus tiram.
3. Masukan asparagus dan jamur, aduk sebentar sampai agak matang.  
4. Masukkan tahu, aduk.
5. Tambahkan kecap ikan dan kecap asin sesuai selera.
6. Aduk rata, siap dihidangkan.

Mudah kan? Mudah-mudahan masakan sederhana ini bisa menambah menu untuk keluarga tercinta ya....

Agar-agar Gula Merah

 
 
 



 
Jum'at lalu ceritanya baru tanda tangan kontrak sewa rumah dengan owner dan serah terima kunci mobil yang kebetulan kita beli dr owner juga karena mereka memang sudah lama tinggal di London. Mereka, Eva dan Peter pernah tinggal di Malaysia dan pernah juga jalan-jalan ke Indonesia serta tempat-tempat di Asia lainnya. Karena itu pada saat pertama kali kita melihat rumah, kita surprised banget karena banyak sekali pajangan dinding, topeng ataupun patung khas Indonesia seperti batik, ukiran, tenun dll. Makin home sweet home deh. Apalagi perabotan rumah dan pembagian ruangnya bisa dibilang hampir 100% sesuai harapan jika dibandingkan dengan sekian banyak tempat tinggal yang sudah kita liat. Akhirnya rumah Eva dan Peter inilah yang jadi pilihan kita selama tinggal di Madrid untuk beberapa tahun ke depan 








Sesaat sebelum saling berpisah, kami sempat ngobrol dan Eva mengatakan bahwa dia senang makanan yang pedas. Terbersit ingin memberikan sesuatu khas Indonesia sebelum mereka berangkat ke London Minggu paginya. Tapi sayang, aku ga sempet ke toko Cina untuk belanja bahan-bahan masakan Asia. Beginilah masih tinggal di hotel jadi persediaan juga pas-pasan karena kulkas di hotel juga kecil. Pikir-pikir kira-kira apa yang mudah dan tersedia bahannya. Akhirnya aku putuskan untuk bikin agar-agar gula merah aja. Kebetulan masih ada sisa gula merah waktu bulan puasa kemarin, walaupun bukan gula merah Indonesia dan sedikit beda aromanya tapi Alhamdulillah ternyata rasanya masih sama dan enak banget.
 


 
 
 
 
Untuk buat agar-agar gula merah ini aku buat dengan resep yang dishare oleh mba Cici di blog NCC Jajan Tradisional Indonesia, diambil dari buku Kue-Kue Indonesia Yasa Boga. Berhubung di hotel hanya ada timbangan digital yang sempat aku keluarin dari kardus, dan ga ada gelas ukur, jadi yah semuanya serba kira-kira aja. Berikut resepnya:
 
Bahan:
 
1bks agar-agar putih
750ml santan dari 1 kelapa -> aku pakai santan instant ditambah air dan sedikit susu
125gr gula merah
50gr gula pasir -> aku ga pake lagi, karena ini menurutku sudah manis banget
1/2sdt garam
2lbr daun pandan, sobek dan buat simpul -> ga punya daun pandan :)
 
Cara membuat:
 
1. Campur semua bahan dalam panci, aduk sampai agar-agar larut.
2. Panaskan dengan api kecil, aduk sampai masak.
3. Tuang ke dalam cetakan puding.
4. Dinginkan.
 

Tuesday, August 27, 2013

Chocolate Pudding







I love chocolate pudding.....!!! Untuk peringatan HUT RI ke 68 tanggal 17 Agustus 2013 lalu, selain lychee pudding aku juga membuat chocolate pudding. Resepnya sih sama dengan chocolate pudding yang biasa aku buat. Hanya saja karena harus bisa dipotong maka perbandingan cairan pada resep aku kurangi. Yang lain-lain sih semuanya sama.







Kalau untuk bahan-bahan puding cokelat ini sih tidak terlalu repot, karena di supermarket biasa juga bisa diperoleh. Sebenernya setiap jalan beberapa ratus meter sih kita bisa temuin supermarket. Hanya saja  untuk mendapatkan cokelat bubuknya memang harus di supermarket yang  besar. Berhubung masih bingung kalo naik bis, karena beda dengan di Indonesia yang bebas naik turun di mana saja. Di Madrid walaupun bisnya melewati halte tempat kita menunggu, tapi kalau halte tersebut bukan halte dengan trayek bis tersebut maka bis tidak akan berhenti. Jadi kita harus tau halte mana yang sesuai trayek bis yang akan kita tumpangi.

Untuk naik metro masih belum PD kalo pergi sendirian hehehe Untungnya pas banget ada temen yang mau ke carrefour, jadi bisa dapetin cokelat bubuknya. Thanks mba Ela :*






Kebanyakan kalo makan puding cokelat, pasti rasanya kurang nyokelat. Jadi cuma warnanya aja yang cokelat. Naaah aku ini kan pecinta cokelat sejati, yah ga nendang lah kalo dikasih puding cokelat kaya gitu hehehe Makanya buat untuk orang lainpun juga maunya seperti itu. Namanya puding cokelat rasanya ya harus cokelat dooonk hehehe Lega melihat puding cokelatnya cepet ludes setelah para tamu menyantap hidangan utamanya.

Lychee Pudding





 

Dapet tugas untuk bikin pudding untuk acara peringatan HUT RI ke 68 tanggal 17 Agustus 2013 lalu di Wisma RI. Siapa takuuuut hehehe. Walau cuma puding siiih. Maklum deh masih tinggal di hotel dengan mini kitchen dan peralatan seadanya yang dipinjamkan oleh kantor. Loyang dan gelas ukur aja pinjem temen hihihi
 
Pada dasarnya ibu-ibu pada ga tega memberikan aku tugas karena masih tinggal di hotel. Tapi karena yang seharusnya bertugas membuat pudding berhalangan akhirnya aku diminta untuk membantu. Aku malah seneng akhirnya bisa bikin sesuatu.







Sebenarnya kalo bikin puding aku lebih senang yang teksturnya cenderung creamy. Yang tidak bisa dipotong dengan pisau, jadi diambil menggunakan sendok. Tapi karena untuk acara dan agar terlihat tetap cantik walau sudah diambil orang jadi pudding dibuat lebih keras dibanding yang biasa aku bikin.

Alhamdulillah buah Lychee kalengan sangat mudah diperoleh di Madrid. Tinggal meluncur ke toko Cina yang jaraknya cukup dekat. Sempet surprised juga karena toko Cinanya bisa dibilang 90% lengkap dengan bumbu-bumbu ataupun sayur-sayuran yang dibutuhkan untuk membuat masakan Indonesia. Sampai agar-agar swallowpun ada, hanya saja tidak ada yang tidak berwarna. Waktu itu stoknya hanya ada warna merah, cocoklah untuk puding leci ini. Karena perlu untuk bikin pucing cokelat juga, akhirnya salah satu teman memberikan agar-agar swallownya dan aku ganti dengan yang berwarna merah.







Sebenarnya ada juga agar-agar yang dijual masih dalam bentuk seperti ganggang tapi berwarna putih. Di supermarketpun juga sempat melihat agar-agar bubuk. Tapi tidak ada waktu untuk trial, jadi lebih baik cari aman daripada nama bakul jadi jelek hehehe Tapi alhamdulillaah sih kemaren suami sempet ga sengaja denger komentar salah satu tamu orang Spanyol yang mencicipi puding ini dan katanya enak banget. Yeaaaaayyyy :D 

Puding leci ini aku sajikan dengan vla yang aku buat dengan rasa leci juga. Tanpa essence ataupun pasta, murni hanya dari air lecinya. Jadi lumayan refreshing untuk mengimbangi rasa puding cokelat yang aku buat juga untuk acara HUT RI ini di saat Madrid sedang panas-panasnya. 




Monday, August 26, 2013

Estadio Santiago Bernabéu - Real Madrid C.F.












Genap satu bulan sudah kami di Madrid. Musim panas masih belum berakhir. Sesuai janji di posting terakhir mengenai kedatangan kami di Madrid, akhirnya aku bisa melanjutkan tulisan mengenai tour kami di Stadion Real Madrid, Santiago Bernabeu setelah kesibukan kami di KBRI dalam rangka peringatan HUT RI yang ke 68 lalu.













 
 
 








 
 
 
Awalnya kami tidak berniat untuk masuk ke dalam stadion Real Madrid ini karena pegangan uang Euro kami hanya pas-pasan karena belum sempat menukarkan ke money changer dan masih belum tau di mana kami bisa menukarkan. Tapi suamiku yang memang fans berat Real Madrid berkeras ingin masuk. Mumpung belum sibuk dengan pekerjaan. Walaupun aku bukan fans berat olah raga sepak bola tapi rasa excited untuk melihat ke dalam stadion Real Madrid ini juga sangat besar. Harga tiket untuk  dewasa adalah 19dan tiket untuk  anak adalah 14€. Akhirnya setelah ditolak membayar dalam mata uang US Dollar, tiket dapat dibeli dengan menggunakan kartu ATM yang kita bawa dari Indonesia. Yeaaaayyy....











Lewat pemeriksaan karcis tampak sebuah spanduk yang menerangkan denah daripada stadion itu sendiri. Naik ke atas kami langsung dapat melihat lapangan sepak bola yang biasa digunakan klub Real Madrid ini untuk bertanding. Merinding terasa bulu di sekujur tubuh melihat langsung dengan mata kepala sendiri lapangan tersebut yang biasanya hanya bisa kami lihat melalui stasiun TV.






Setelah puas berfoto dengan latar belakang lapangan sepak bola, kami bergerak ke ruang musium Real Madrid. Tapi sebelumnya kami mampir ke toilet pengungjung. Bersih dan bagus lengkap dengan logo klub Real Madrid.





 




Selesai dari toilet kami langsung masuk ke ruang musium. Lalu tampak record mengenai kejuaraan yang berhasil diraih oleh klub Real Madrid selama ini baik oleh klub sepak bola ataupun bola basket.














Ruang musium tampak bagus sekali. Terus menerus kami berfoto di setiap sudut musium. Anak-anak tampak sangat antusias dan bersemangat melihat isi musium. Lulu dengan semangat mengabadikan isi musium. Sepertinya semua yang ada di musium Real Madrid ini tak luput dari jepretan kamera pemberian kakeknya. Yang aku tampilkan di sinipun hanya sebagian kecil saja dari semua yang dipamerkan dalam musium. Semuanya tampak rapih dan terawat.




 
 









Di tengah ruang musium tampak cukup banyak layar interaktif dengan teknologi touch screen bagi yang ingin melihat bagaimana sejarah berdirinya klub Real Madrid ini hingga momen-momen di mana klub Real Madrid memenangkan berbagai macam kejuaraan.









 
Di salah satu sisi dinding terpasang layar yang mengabadikan momen-momen bersejarah seperti kemenangan serta gol-gol yang spektakuler. Layar berganti-ganti dari momen terdahulu sampai dengan yang terbaru. Duuuh pokoknya keren banget deh musium Real Madrid ini.

 
 




















Di penghujung ruang musium yang pertama, terpampang sejarah dan metamorfosis dari lambang klub Real Madrid ini sejak tahun 1908 hingga saat ini.







Masuk keruangan berikutnya, tampak sebuah piala bola emas "El Super Balón de Oro" yang merupakan penghargaan terhadap Alfredo Di Stéfano sebagai  pemain terbaik pada tahun 1950an dalam rangka 30 tahun persepakbolaan Prancis pada tahun 1989. Beliau adalah pemain sepak bola Argentina berkebangsaan Spanyol di mana selama karirnya sebagai pemain sepak bola telah mencetak gol sebanyak 418 kali dari 510 pertandingan.


 









 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
Tampak pada gambar di atas begitu banyak penghargaan yang sudah diraih oleh Real Madrid ini. Antara lain Golden Foot Award yang diperoleh oleh Raúl González pada tahun 2009 dan Cristiano Ronaldo pada tahun 2011.
 
 
 
 










 






 
 
 




 
 
 
Dalam musium Real Madrid ini selain sepak bola juga memamerkan club bola basket Real Madrid. Seperti foto-foto di atas tampak banyak piala dari berbagai kerjuaraan yang dipamerkan. Juga piala dari kejuaraan bola basket yang terakhir melawan Barcelona. Seperti kita ketahui baik di sepak bola ataupun basket Real Madrid dan Barcelona ini selalu menjadi pertandingan yang ditunggu-tunggu karena sama-sama musuh bebuyutan dan klub yang bagus permainannya sehingga setiap pertandingannya dijuluki  El Clásico.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Di penghujung ruangan sebelum keluar dari musium, tampak foto-foto kaki para pemain Real Madrid
yang sedang beraksi dalam bertandingan. Terlihat juga foto-foto sejak pertama kali Real Madrid memenangkan Liga.
 
 
 




 



 
Keluar dari ruang musium, kita akan melihat ruang ganti dan ruang konferensi pers. Tapi sebelumnya akan ada stand untuk foto dengan piala asli Liga Champion terakhir. Jalan sedikit dari  stand foto piala ada stand foto lagi dengan layar biru sebagai latar belakang yang nantinya akan diedit supaya seolah-olah kita sedang berfoto berdampingan dengan pemain idola kita di lapangan sepak bola. Kalau tidak salah waktu itu untuk foto ukuran super portcard adalah 7€ dan untuk seukuran majalah adalah 12€.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 




 
Keluar dari stand foto, selanjutnya kita menuju ke lapangan sepak bolanya. Lagi-lagi merinding rasanya bisa berada di lapangan bola level tingkat dunia yang selama ini cuma bisa kita lihat melalui layar televisi. Di sana kita bisa duduk di kursi tempat para pemain baru diperkenalkan. Sudah pasti dari kalangan VIP yang hanya bisa duduk di sini pada saat acara berlangsung. Lalu duduk di kursi para pemain selama pertandingan berlangsung sambil menunggu pergantian pemain dan juga berfoto di tempat para pemain keluar saat mau bertanding.
 






 
Dari lapangan sepak bola, langsung masuk ke ruang ganti pemain. Dalam ruang ganti tersebut terdapat shower, toilet sampai dengan tempat tidur tempat para pemain jikalau terluka dalam pertandingan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 






 


 
Dari ruang ganti para pemain, sebagai tempat kunjungan terakhir adalah ruang konferensi pers. Sering kita lihat di televisi, di sinilah tempat pelatih maupun para pemain diwawancara.
 
 
 


 

 
 
 
Tour Bernabéu ini diakhiri dengan toko olah raga Adidas yang merupakan toko resmi aka official store dari segala pernak pernik  klub Real Madrid. Kalau dibandingkan dengan di Indonesia harga jersey di sini bisa dibilang hampir 2x lipat. Jadi tidak menyesal sama sekali sebelum berangkat ke Madrid suamiku sudah beli di Indonesia. Tapi kalau untuk pernak pernik memang tidak bisa diperoleh di Indonesia.

Pokonya puas banget bisa masuk ke stadion Real Madrid ini. Malah setelah lewat dari sebulan kami ke sanapun euphorianya masih amat terasa dan ada keinginan untuk datang ke sana lagi. Tak sabar rasanya bisa memasukkan anakku ke sekolah sepak bola Real Madrid dengan harapan pada saat berlatih bisa ketemu para pemainnya hahaha ngarep.com deh 
 
So, kalau jalan-jalan ke Madrid, berkunjung ke stadion  Bernabéu adalah suatu keharusan banget deh. Bahkan aku yang bukan pecinta olah raga sepak bolapun merasa ketagihan berkunjung ke sana. Mudah-mudahan cerita dan foto-foto yang ditampilkan di sini cukup jelas ya. Kalau ada yang salah-salah mohon dimaafkan dan koreksinya. Enjooooyyy!!!