http://www.globalairporttravel.com/images/2012/10/madrid-airport2.jpg |
Our first days in Madrid...
Setelah perjalanan yang cukup panjang, yaitu 7 jam Jakarta-Dubai dan 7 jam Jakarta-Madrid ditambah transit selama 2 jam di Dubai, akhirnya kami sekeluarga tiba di Madrid pukul 12.59 waktu setempat atau kira-kira 17.59 WIB. Pada saat landing, pemandangan terlihat agak gersang walaupun di beberapa bagian tampak perkebunan buah zaitun. Pada saat turun pesawat, cuaca sedang terik-teriknya. Hawa dingin dari AC di dalam airport nyaris tak terasa. Saat itu temperatur sekitar 37C, cukup jauh dibanding perkiraan yaitu 42C. Tapi rasa excited dengan sampainya kami di kota Madrid yang kebetulan kota kelahiran dan masa kecil suamiku ini membuat rasa panas nyaris tak terasa.
Airport Barajas tampak sangat bersih dan nyaman. Untuk menuju pengambilan koper, kami harus naik kereta bawah tanah yang sangat nyaman dan bersih. Anak-anak yang dalam keadaan lelah dan mengantuk tetap ceria karena mendapatkan pengalaman baru. Setelah semua koper kami dapatkan, kami langsung menuju ke luar untuk langsung diantar oleh salah satu home staff dan salah satu local staff dari KBRI ke hotel tempat kami akan tinggal untuk sementara sampai memperoleh apartemen. Tapi sebelum meninggalkan airport, kami ke toilet terlebih dahulu. Begitu masuk ke toilet, aroma wangi segar langsung tercium di hidung. Kalau soal bersih tidak usah ditanya lagi. Pada saat membuang tissue bekas pakai pun, pada saat tutup tempat sampah terbuka langsung tercium aroma cinnamon. Hmmm bikin betah sekali toiletnya walaupun secara fisik terlihat design zaman dulu dengan dinding serba dari marmer. Andai toilet di Bandara Soekarno Hatta bisa seperti ini dan pemakainyapun bisa menjaga kenyamanan sesama tentu akan lebih indah jadinya.
Sesampainya di hotel, kami langsung sedikit berberes-beres karena masih lelah dan jetlag. Karena kami berlima termasuk 1 ART, maka kami memperoleh 3 kamar. 2 Kamar dengan 2 single bed yang berada di satu lantai dan 1 kamar dengan double bed. Tapi karena anak-anak masih belum mau tidur terpisah dengan kami akhirnya pada hari ke 2 kami minta tukar kamar yang bersebrangan sehingga lebih nyaman untuk anak-anak. Masing-masing kamar terdapat mini kitchen dengan 2 tungku kompor listrik lengkap dengan cooker hoodnya.
KBRIpun sudah menyiapkan kebutuhan kami sehari-hari selama di hotel seperti roti, selai, mi instant, susu, teh, gula dan lain-lain. Selain bahan makanan, KBRI juga meminjamkan alat-alat masak, alat-alat makan sehari-hari sampai setrika. Ibu-ibu Dharma Wanitapun bergiliran selama 2 minggu mengirimkan makanan untuk kami sehari-hari. Hal ini memang selalu dilakukan oleh perwakilan apabila ada staf baru yang datang. Sehingga kami yang masih buta dengan segalanya di Madrid tidak repot untuk mencari kebutuhan sehari-hari.
Belum lama tiba di hotel, ibu-ibu Dharma Wanita datang untuk menyambut kedatangan kami. Senang sekali walaupun baru ketemu saat itu tapi aku merasa sudah nyaman berada di dekat mereka. Mudah-mudahan ke depannya kami bisa memiliki hubungan yang baik. Surprise-nya, ibu-ibu ini menyiapkan kado selamat datang untukku yaitu 1 set piring lengkap yang memang sangat kami perlukan terutama selama tinggal di hotel.
Awalnya aku dan suamiku berniat untuk keluar sebentar pada malam harinya sambil mencari sesuatu yang kami perlukan. Tapi ternyata mataku tak kuasa menahan kantuk karena kurang tidur selama di pesawat. Akhirnya suamiku pergi keluar sendiri sebentar dengan membawa sekantong belanjaan yang berisi kuaci favoritnya dan kuaci kupas buatku yang sebenarnya suka sekali dengan kuaci tapi males makannya karena ribet harus ngupas alias males :)
Di atas ini adalah kurang lebih menu sarapan kami tiap hari. Tortilla (telur dadar yang berisi kentang slices), toast yang aku siram dengan olive oil dan ditabur garam dan merica). Cukup enak dan mengenyangkan walaupun cuma bisa bengong ngiler ngeliatin berbagai daging asap dan sosis yang sudah pasti mengandung babi :(
Di sepanjang jalan menuju stasiun metro aku sempatkan untuk mengabadikan lingkungan di sekitar hotel. Jarak dari hotel menuju stasiun metro ini kurang lebih mungkin sekitar 400m. Jalan raya tampak sangat lengang. Mobil hanya tampak sesekali melewati jalan raya. Pejalan kaki cukup banyak kami temui.
Pada hari pertama sebagai pejalan kaki di sini, dalam hitungan menit kami sudah dapat melihat betapa pengendara sangat menghargai pejalan kaki begitu juga sebaliknya. Setiap pejalan kaki selalu menyebrang di tempatnya danpada waktunya yaitu pada saat lampu pejalan kaki berwarna hijau. Walaupun jalan dalam keadaan kosongpun penyebrang jalan tetap menunggu tanda pejalan kaki berubah menjadi hijau. Kalaupun di jalan kecil yang tidak memiliki traffic light, apabila ada pejalan kaki yang sedang menyebrang bersamaan kemudian datang mobil, dengan penuh kesabaran mereka menunggu sampai si pejalan kaki tiba di seberang jalan.
Tampak di foto seorang manula yang sedang menyebrang dengan istrinya dibantu oleh seorang laki-laki adalah pemandangan yang cukup langka kita temui di Indonesia. Sang supir bis amat sangat sabar menanti sampai mereka sampai di seberang jalan.
Hanya sebentar perjalanan kami menuju Simancas, daerah tempat tinggal suamiku semasa kecil. Begitu keluar stasiun Metro, tampak jelas emosi yang bergejolak di dalam hati suamiku. Tidak banyak perubahan yang berarti menurutnya. Hanya saja jalan raya dulu lebih besar karena sekarang sebagian sudah dijadikan tempat mobil parkir di pinggir jalan.
Suamiku sempat bertanya-tanya di toko buku yang berada persis di depan apartemennya dulu siapa tahu mereka mengenal tetangga ataupun teman-temannya semasa kecil. Toko daging tempat mamanya belanja sehari-hari dahulu masih seperti saat dia masih kecil dulu. Sempat mampir juga ke toko churros (sejenis makanan kecil yang berbentuk seperti cakwe dengan taburan gula, ada yang polos ada juga yang mempunyai filling). Pernah mertuaku bercerita bahwa semasa kecil suamiku nyaris hilang nyawanya di depan toko tersebut. Suamiku menyebrang jalan tanpa melihat kanan dan kiri sementara mobil box sedang melaju kencang. Refleks pada saat itu suamiku langsung tengkurap dan mobilpun berhenti mendadak. Alhamdulillah pada saat itu suamiku selamat tidak kurang suatu apapun.
Dari apartemen dan toko churros, kami berjalan menuju ke sekolah suamiku sampai umur 13 tahun di mana suamiku sempat menjadi kapten futsal yang sampai sekarang kegilaannya terhadap olah raga sepak bola tidak akan ada yang bisa merubahnya.
Dari sekolah tersebut, kami santai sejenak di taman sambil istirahat dan anak-anak bermain. Ini yang tidak bisa ditemukan di Indonesia. Seperti saat kami tinggal di Lima, Peru tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Di mana-mana mudah kita temukan taman yang hijau, bersih dan terawat. Anak-anak lebih banyak bermain di taman dibandingkan asyik bermain dengan gadget yang selalu kita lihat di Indonesia. Padahal dengan bermain di taman seperti ini tentunya melatih perkembangan motorik kasar anak-anak dan tentunya lebih sehat. Perkembangan hubungan sosial dan kepercayaan diri anak-anakpun menjadi lebih baik karena seringnya berinteraksi dengan sesama.
Setelah puas bermain, kami memutuskan untuk mengunjungi stadion Santiago Bernabeu yang merupakan stadion Real Madrid yang biasanya digunakan khusus untuk pertandingan Liga Spanyol, Copa del Rey (Piala Raja) dan Champions League (Liga champions). Untuk ceritanya nanti aku lanjutkan lagi diposting berikutnya supaya lebih fokus dan detail mengenai Estadio Santiago Bernabeu ini.
No comments:
Post a Comment